Keadaan umat di dalam dakwah islamiyah menunjukkan sesuatu yang kurang menggembirakan. Perkara ini dibuktikan dengan banyaknya umat yang mengalami kekosongan jiwa dan kehilangan pegangan hidup sehingga menampilkan dakwah yang dibawanya sesuatu yang tidak efektif. Persoalan ummah disebabkan karena dakwah yang tidak berjalan atau kurang berkesan. Dakwah dan jihad ini adalah sebagai penyokong dan atap bagi akhlak dan ibadah yang akan di bangun secara baik sehingga rumah islam ini dapat di bangun secara baik Tanpa dakwah maka permasalahan akan bermunculan secara bertahap dan kemudian memuncak keatas diri ummat islam. Masalah ummat karena dakwah tidak berkesan salah satunya disebabkan oleh permasalah pembawa dakwah itu sendiri yang senantiasa ada mengiringi dakwah dan persoalan yang di sebabkan oleh keadaan semasa sebagai respon dan kesan keadaan sebelumnya dan keadaan akan yang selalu muncul adalah persoalan mengenai manusia, persoalan ini selalu ada selama manusia ini tetap hidup dan bersama dakwah. Dari zaman Nabi Adam AS hingga sekarang, keadaan manusia adalah isu permasalahan utama yang tidak pernah habis dan tak kunjung padam. Masalah yang perlu dihadapi adalah bagaimana kita menghadapi keadaan manusia ini dengan baik dan dapat mengatasi pernasalahan sebagai sarana meningkatkan kualitas dan ketahan diri. Beberapa persoalan manusia ini adalah masalah kejiwaan manusia yang unik dan mudah berubah mengikuti keadaan dan suasana, kecenderungan peribadi ke arah tertentu, masalah watak yang beragam, pengaruh syahwat dan keadaan instink manusia. Keadaan sekarang yang merupakan masalah yang ada pada realitas saat ini berdasarkan kepada persoalan-persoalan sebelumnya seperti akibat dari sisa masa penyelewengan, penyakit dari penjajah dan adanya kekuatan yang menantang. Dari permasalahn ini akan mewarnai bagaimana keadaan dan masalah ummat sekarng ini. Pertimbangn kepada isu ini merupakan suatu yang penting bagi menjalankan dakwah yang benar dan baik di tengah kancah perjuangan yang banyak dipengaruhi banyak dari negara dan masyarakat islam barulah lepas dari keadaan yang dikuasai oleh diktator yang kejam dan raja yang tidak menjalankan islam, juga berbagai keadaan yang muncul sebelum seperti pengaruh aliran sesat atau dakwah yang membawa kehancuran seperti dakwah yang berorientasikan kepada jihad senjata, dakwah sebelumnya yang membawa kesan dan imej yang negatif, dan kekuasaan yang menjadikan muslim tidak mengerjakan amalan islam termasuk sholat. Penyakit ummat yang juga bisa disebabkan karena munculnya suatu kekalahan dan kehancuran islam seperti pada berbagai lembaga-lembaga kekufuran seperti mahkamah, hukum jahiliyah, sistem pentadbiran dan juga berbagai aturan yang dilembagakan seperti persaingan usaha; penjajah juga meninggalkan keterbelakangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang sengaja diciptakan oleh penjajah sehingga menjadikan umat semakin bodoh; penjajah juga menjadikan ummatsalah berfikir atau mempunyai pemikiran yang tidak betul dan kejiwaan yang menyertainya tidak normal seperti rasa rendah diri dan tidak percaya diri. Keadaan ini menjadikan ummat islam di dominasi oleh musuh-musuh islam. Selain itu juga ada Kekuatan-kekuatan yang menentang terhadap dakwah islam sangat banyak di dalam masyarakat sekuler saat ini. Kepentingan-kepentingan sekuler merasa tidak terjaga apabila islam berjaya. Keinginan hawa nafsu mereka tidak akan tersalurkan dengan tegaknya dakwah islam sehingga mereka berusaha mati-matian menentang kekuatan islam dan memadamkan dakwah islam. Kekuatanyang menentang ini dirancang dengan perencanaannya dan sarana yang bak. Mereka melakukan perang jahiliyah yang disusun rapi. Akibat kekuatan ini adalah ummat islam seperti buih yang ringan timbangannya dan mengikuti arus. Pengenalan kepada penyakit yang menjangkit umat di dalam dakwah supaya dapat menyadarkan kita kepada keadaan yang sebenarnya dan memerlukan kita untuk memakan ubat walaupun pahit dan tidak sedap agar dakwah dapat berjalan dengan baik. Persoalan manusia yang selalu menyertai dakwah ini dan persoalan semasa akan menjadikan ummat bodoh kepada islam. Selain, halangan dan rintangan dari luar, dari dalam diri umat islam juga terdapat beberapa penyakit yang membuat dakwah itu berjalan lambat, kejayaan Islam sulit dicapai. Maka perlu suatu usaha perbaikan atau islah terhadap keadaan ummat dan dakwah saat ini, sehingga Ummat dan Islam memiliki daya tawar yang tinggi dalam percaturan dunia internasional. Ada ungkapan, bila dai adalah dokter, maka Umat adalah pasiennya. Namun apa yang terjadi jika dokter salah dalam mengobati? Alih-alih sembuh, pasien malah bertambah parah sakitnya. Demikian halnya dalam dakwah tidak mencapai tujuannya. Salah satu bentuk kesalahan tersebut adalah ketika di dalam diri dai berkembang penyakit mental maโnawiyah, antara lain Ada 2 pembagian penyakit dakwah berdasarkan aspeknya 1. Penyakit penyakit dakwah terkait dengan ma'nawiyah moral Sikap Reaktif Infiโaliyyah Sikap reaktif diperlihatkan dengan Dakwah yang hanya memberikan reaksi karena aksi pihak lain. Dakwah ini adalah dakwah yang tidak menyentuh substansipermasalahan dan dia bersifat temporer, karena ia akan bergeraksetelah ada aksi pihak lain. Dan biasanya dakwah ini tidak terencanadan tidak memiliki program tersendiri, setelah efek dari aksi pihaklain berhenti, dia juga selesai. Seorang dai dikatakan reaktif jika setiap gerakannya tidak berangkat dari tujuan dan sasaran; tidak berdasarkan tahapan-tahapan; dan tidak menggariskan langkah-langkah yang jelas. Akibatnya, semua manuvernya tak lebih dari sekedar reaksi terhadap kondisi yang muncul saat itu atau terhadap isu yang dianggap aktual. Dengan kata lain, dakwah yang Infiโaliyyah adalah dakwah yang tidak berpijak pada manhaj sistem yang jelas. Padahal Allah telah menegaskan pentingnya manhaj yang jelas itu dalam firman-Nya โKatakanlah "Inilah jalan agama ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.โ QS. Yusuf [12] 108. Untuk bisa bekerja berdasarkan manhaj, dibutuhkan satu syarat; kesabaran. Dalam surat Al-Ashr telah dinyatakan oleh Allah Subhanahu wa Taโala, semua orang dalam keadaan merugi dari waktu ke waktu kecuali hamba tersebut senantiasa bersabar di dalam saling mengajak semua manusia untuk taat kepada Allah. Terkadang kita ingin sekali hidayah datang saat ini juga ketika telah berdakwah. Pada hakikatnya, kerja dakwah adalah kerjanya Allah dan mustahil Allah gagal dalam Figuritas Wijahiyyah Telah banyak kericuhan terjadi akibat figuritas ini. Bayangkan, seseorang menolak kebenaran hanya karena kebenaran hanya karena kebenaran itu bukan disampaikan oleh orang yang dia jadikan figur. Sebaliknya, dia pasti akan menerima apa pun yang disampaikan oleh orang yang menjadi figurnya, betapapun nyata-nyata salah menurut Qurโan dan Sunnah. Figuritas dapat memunculkan tradisi taqlid sikap membebek. Sikap yang kemudian berkembang adalah kecintaan pada tokoh, bukan pada Islam. Berjuang karena figur dan bukan keikhlasan. Pada waktu bersamaan, pembelaan terhadap Islam memerintahkan kita taat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Pada waktu bersamaan, Allah juga memerintahkan agar pengorbanan dan perjuangan dilakukan karena-Nya, bukan karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ini ditegaskan dalam Al-Qurโan, โMuhammad itu tiada lain hanyalah seoang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya rasul-rasul. Apakah jika ia wafat atau terbunuh, kalian akan berbalik ke belakang murtad?โ QS. Ali Imran [3] 144Daโwah yang hanya mengharapkan hadirnya seorang figur dan daโwah seperti ini tidak akan langgeng. Dalam Hadistnya Rasulullah berwasiat ketika haji wadaโ โAbu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah bersabda โAku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Dan tidak akan terpisah keduanya sampai keduanya mendatangiku di haudh Sebuah telaga di surga, Pen..โ HR. Imam Malik secara mursal Tidak menyebutkan perawi sahabat dalam sanad Al-Hakim secara musnad Sanadnya bersambung dan sampai kepada Rasulullah โ dan ia menshahihkannya- Imam Malik dalam al-Muwaththaโ no. 1594, dan Al-HakimAl Hakim dalam al-Mustadrak I/172., ini berarti Rasulullah mendidik untuk berorientasi kepada program bukan kepada figur. Daโwah seperti ini banyak menimbulkan masalah karena jika figur dalam organisasi daโwah tersebut menghilang maka tercerai belahlah daโwah itu. selain itu dakwah model ini biasanya akan memunculkan kultus individu yang sedemikian kuat, sehingga dari kultus inidividu inilah akan timbul penyakit penyakit lain yang tidak kalahberbahayanya. Seperti tidak akan mendengar kan dakwah dari pihak lainselain dari ustadz, kyai, guru atau syaikhnya. Bagaimana solusi mencari figuritas dizaman sekarang ini yang dapat dijadikan tauladan selain Rasullah? Pada Qs. Al Ahzab 21 menjelaskan bahwa pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang terbaik, ini berarti hanya Rasulullah yang patut dijadikan tauladan yang tidak mempunyai sisi kelemahan sedangkan dizaman sekarang ini jika ditemukan figur yang dijadikan tauladan pasti akan ditemukan ketidak sempurnaan. Sekarang ini tidak dapat diharapkan individual leader tetapi yang harus ada adalah kolektif leadership yang terdiri dari beberapa sosok yang saling mengisi. Seperti yang dikatakan oleh Imam Hasan Al Bana Sesungguhnya sebaik-baiknya Qiyadah pemimpin adalah jika dalam hal istifadah ilmiah pemanfaatan keilmuannya dia seorang ustad, dalam hal ribatil qulb keterikatan hatinya dia seorang ayah, dalam hal tarbiyah ruhiyah dia seorang syekh dan dalam hal siasia daโwah dia seorang panglima. Merasa Paling Hebat Iโtizaziyyah Dakwah ini bersifat bahwa hanya kelompok dakwahnyalah yang terbaiksehingga para anggota kelompok dakwah tersebut merasa ujub palinghebat dan mengakibatkan tidak dapat melihat kekurangan dan kelemahandirinya. Dakwah ini juga menyebabkan anggotanya ghurur terlena. Firman Allah dalam Al Quran โDan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.โ QS Luqman 18 Dakwah seharusnya mengarahkan orang pada sikap tawadhu rendah hati. Bila seorang dai sejak awal merasa paling hebat dan dakwahnya paling benar, yang akan tumbuh adalah sikap sombong dan takabur, serta memandang orang lain dan gerakan dakwah lain tidak artinya. Perasaan selalu nomor satu adalah penyakit yang ditularkan Iblis. Iblis merasa hebat dengan sesuatu yang sebetulnya bukan parameter kehebatan. Refleksi Iโtizaziyyah dalam dakwah hadir dalam berbagai bentuk. Bentuk yang sering muncul, keengganan menjalin kerja sama dalam suatu proyek dakwah. Bahkan merasa bisa melakukan dakwah sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal lain yang kerap timbul juga, klaim kebenaran mutlak untuk diri dan kelompak sendiri serta kesalahan mutlak untuk orang lain. Sering kali dalam bentuk pengelompokan dan โpengkavlinganโ negeri akhirat. Siapa yang mengikutinya โditempatkanโ di surga dan yang tidak mendukung ia โmasukkanโ ke neraka. Seolah ia telah dititipi kunci surga oleh Allah. Hadits ke-74 Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda "Barangsiapa menganggap besar dirinya dan bersikap sombong dalam berjalan, ia akan menemui Allah dalam keadaan amat marah kepadanya." Riwayat Hakim dan para perawinya dapat dipercaya Merendahkan dan Menafikan Kebaikan yang Lain Intiqashiyyah Dakwah yang selalu mengecilkan atau meremehkan pihak lain sehingga organisasi organisasi dakwah yang lain tidak dianggap mitra dakwahnya. Penyakit dakwah seperti ini biasanya seiring dengan sifat dakwah Al Itijaziyah. Bagaikan dua sisi mata uang, bangga dengan diri sendiri selalu bersanding dengan sikap merendahkan orang lain. Jika ini yang berkembang, ada dua kemungkinan yang muncul saat melihat keberhasilan orang lain, yaitu dengki dan menafikan keberhasilan itu. Dengki maupun sikap menutup mata terhadap keberhasilan yang dicapai orang pada dasarnya sama, yaitu tidak mensyukuri karunia Allah karena karunia itu tidak turun kepada dirinya. โKatakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan,โ QS. Yunus [10] 58. Akibat sikap infiโaliyah reaksioner, wijahiyyah orientasi figur, iโtizaziyyah merasa kuat, energi dakwah akan banyak terkuras untuk merespons berbagai kasus, peristiwa, perkembangan politik, atau problem sosial yang terjadi. Sementara itu, permasalahan umat yang sesungguhnya terabaikan. Bukan berarti dakwah tidak perlu menanggapi permasalahan yang ada. Akan tetapi dalam konteks ini, ada beberapa hal yang harus ditegaskan. Pertama, berdasarkan paradigma Islam, segala problem kemasyarakatan maupun individual muncul akibat jauhnya manusia dari akidah dan syariat Islam. Kedua, karenanya, harus ada gerakan yang integral dan simultan untuk membenahi akibat umat dan menumbuhkan keberpihakan terhadap syariat Islam. Paling tidak, ada dua syarat untuk bisa menyelesaikan persoalan ini adanya kerja sama amal jamaโi antara daโi dan kelompok dakwah; dan, terciptanya kondisi masyarakat yang mempunyai kesadaran dan wawasan Islam yang syamil integral.Namun, bagaimana mungkin terjalin amal jamaโi yang harmonis, saling menguntungkan dan penuh ukhuwah jika terdapat iโtizaziyyah dan intiqashiyyah? Mungkinkah masyarakat akan sampai ada tingkat pemahaman yang baik jika mereka tak diajak menyalami keutuhan Islam, akibat terjebak dengan fenomena dan isu temporer? Penyakit para dai ini harus diwaspadai. Jika tidak, ia bisa menimbulkan kehancuran dan kebinasaan. 2. Penyakit penyakit dakwah yang terkait dengan amaliyah operasional a. Dakwah yang juz'iyah bersifat parsial/lokal Dakwah ini hanya bersifat sektoralisme yang seharusnya sumuliyah segala aspek. b. Dakwah yang At Ta'lidiyah Taklid Dakwah ini membuat para anggotanya hanya mengikuti sesuatu tanpa memahami dan mengetahui hujjah/dalilnya dari Al Quran dan Sunnah, sehingga akan tumbuh penyakit taqlid. Biasanya dakwah model ini malah akan memb dohi umat sehingga hanya ustadz, kyainya saja yang tahu tapi muridnya tetap bodoh. Biasanya guru dari dakwah model ini cukup mengajarkan cara cara ibadah seperti sholat, dzikir tanpa harus memaknai apa arti & hakekat dari ibadah tersebut. Daโwah ini membuat para anggotanya hanya mengikuti sesuatu tanpa memahami. Dalam kelompok daโwah harus dilakukan secara bashiroh hujjah yang nyata sebagaimana Firman Allah โKatakanlah "Inilah jalan agama ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." 108.Imam Hasan Al Bana menekankan dalam merumuskan pilar-pilar komitmen pada daโwah Islamiyah adanya 10 rukun baiโat pada rukun yang pertamanya dan utama adalah rukun Al Fahmu. c. Dakwah yang Al Afwaiyah atau Al Irtijaliyah Dakwah yang tidak mempunyai kejelasan, tidak ada sasaran dan perencanaan sehingga tidak ada yang dapat dievaluasi. Setiap anggota dakwah harus mempunyai wawasan kedepan sesuai dengan Firman Allah โHai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakanโ QS Al Hasyr 18. d. Dakwah yang At Tarki'iyah Dakwah yang tambal sulam yang seharusnya dakwah inqilabiyah yaitu menginginkan perubahan total. Ungkapan Sayyid Qutb "bagaimana mungkin dunia yang sekarang tenggelam dalam kejahiliyahan kemudian sekali kali meminta Islam memberikan solusi kepada permasalahan yang ada. Harusnya jalankan dulu Islam secara menyeluruh, baru menanyakan masih adakah masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh Islam". Dakwah ini harus menjelaskan kepada seluruh manusia ketika jalan hidup yang ditempuhbukan jalan Allah SWT sesungguhnya jalan tersebut adalah jalan yang bathil yang harus diingkari, dan mengajak umat manusia khususnya umat Islam kepada Islam yang kaffah menyeluruh. Sebagai solusi terhadap penyakit penyakit dakwah baik dalam ma'nawiyah atau amaliyah adalah dengan jalan membentuk Hizbullah, yaitu suatu tandzim organisasi dimana seluruh umat Islam masuk kedalam tandzim tersebut. Dizaman yang tidak tegak khilafah Islam seperti sekarang ini maka tidak dapat mengharapkan tandzim yang dapat menghimpun seluruh umat Islam. Sejak runtuhnya khilafah Islam terakhir yaitu Daulah Usmani di Turki pada tahun 1924. Sekarang ini muncul Jama'atul jama'atul minal Muslimin, seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir, Hizbut Tahrir di Yordania, Jamaah Tabligh di Pakistan, Salafi di Arab Saudi dll. Ini merupakan usaha untuk memberikan suatu penawaran kepada umat Islam pentingnya ada hizbullah, untuk menghimpun umat Islam yang penataannya mendunia. yang sifatnya tunggal denganyang mempersatukan umat Islam yang disebut Jamaatul Muslimin. Sekarang ini belum ada jamaah Muslim, tetapi sudah terbentuk jamaah minal Muslimin dan diharapkan jamaah jamaah minal muslimin ini saling mendukung, berfastabikul khairat dan saling bekerja sama sebagai mitra dakwah, bukannya saling menjelek-jelekkan dan menjatuhkan antara yang satu dengan yang lainnya. Dan bila ada ketidakcocokan dan ketidaksepahaman, seyogyanya di utamakan dialog dengan semangat mencari kebenaran antara satu dengan yang lain dengan mengutamakan Ukhuwah Islamiyah. Selain itu umat Islam dapat memulai untuk memperbaiki kelemahan-kelemahannya melalui penguatan barisan ummat. Dari munculnya Hizbullah dari suatu barisan umat Islam yang telah dihasilkan dari proses kaderisasi yang kader-kadernya mempunyai beragam potensi dan kafaah keahlian masing-masing dan merekan diberikan peluang seluas-luasnya untuk mengekspresikannya sehingga akan muncul proses proyeksi, promosi dan nominasi kepemimpinan yang akan datang. Dan proses itulah yang dilakukan Rasulullah saw ketika mulai menggagaskan penataan barisan umat Islam sejak di Mekkah. Kongkritnya dilakukan dengan small islamic invironment, harus membentuk kelompok-kelompok kecil, lingkungan pergaulan kaum muslimin yang berada didalam suatu proses kaderisasi tarbiyah yang dibimbing oleh seorang murabbi pembina yang mengoptimalkan potensi dan kafaah binaannya. Sumber Bacaan 1. [ Sumber Majalah Ummi No. 6 XXVI 2. Rangkuman Ceramah Ust Ihsan Tanjung Sumber
BerkatalahRasul, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran ini mahjura" (QS. Al Furqan: 30) Rasul dalam ayat ini tidak lain adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau mengadukan kaumnya yang menjadikan Al Quran sebagai mahjura. Mahjura dalam ayat ini biasa diterjemahkan sebagai suatu yang tidak diacuhkan.
Kamis, 27 Zulqaidah 1444 H / 8 Januari 2015 1513 wib views Oleh Badrul Tamam Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah โShallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya. Dari Tsauban Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ูููุดููู ุงููุฃูู ูู ู ุฃููู ุชูุฏูุงุนูู ุนูููููููู ู ููู ูุง ุชูุฏูุงุนูู ุงููุฃูููููุฉู ุฅูููู ููุตูุนูุชูููุง ููููุงูู ููุงุฆููู ููู ููู ูููููุฉู ููุญููู ููููู ูุฆูุฐู ููุงูู ุจููู ุฃูููุชูู ู ููููู ูุฆูุฐู ููุซููุฑู ูููููููููููู ู ุบูุซูุงุกู ููุบูุซูุงุกู ุงูุณูููููู ููููููููุฒูุนูููู ุงูููููู ู ููู ุตูุฏููุฑู ุนูุฏููููููู ู ุงููู ูููุงุจูุฉู ู ูููููู ู ููููููููุฐูููููู ุงูููููู ููู ูููููุจูููู ู ุงูููููููู ููููุงูู ููุงุฆููู ููุง ุฑูุณูููู ุงูููููู ููู ูุง ุงูููููููู ููุงูู ุญูุจูู ุงูุฏููููููุง ููููุฑูุงููููุฉู ุงููู ูููุชู โHampir saja para umat yang kafir dan sesat, pen mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piringโ. Kemudian seseorang bertanya,โKatakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?โ Rasulullah bersabda,โBahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian โWahnโ. Kemudian seseorang bertanya,โApa itu โwahnโ?โ Rasulullah berkata,โCinta dunia dan takut mati.โ HR. Abu Dawud dan Ahmad Wahn merupakan penyakit yang menjangkiti umat ini secara indvidu maupun komunitas. Penyakit ini menjerumuskan umat ke dalam kekalahan dan kehinaan. Makna Wahn Secara bahasa wahn bermakna dhaโf lemah, baik secara materi atau maknawi, menimpa pribadi atau kolektif. Wahn juga bisa diartikan jubn takut atau pengecut, namun ia masih bagian dari dhaโf. Seperti Wahana al-Rajul, maksudnya ia takut saat berjumpa musuh. Al-Qur'an telah menggunakan makna ini dalam beberapa ayat, di antaranya ููุงูู ุฑูุจูู ุฅููููู ูููููู ุงููุนูุธูู ู ู ููููู ููุงุดูุชูุนููู ุงูุฑููุฃูุณู ุดูููุจูุง ููููู ู ุฃููููู ุจูุฏูุนูุงุฆููู ุฑูุจูู ุดููููููุง โIa Zakaria berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.โ QS. Maryam 4 ููุฃูููููู ู ููู ููุจูููู ููุงุชููู ู ูุนููู ุฑูุจูููููููู ููุซููุฑู ููู ูุง ูููููููุง ููู ูุง ุฃูุตูุงุจูููู ู ููู ุณูุจูููู ุงูููููู ููู ูุง ุถูุนููููุง ููู ูุง ุงุณูุชูููุงูููุง โDan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut nya yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak pula menyerah kepada musuh.โQS. Ali Imran 146 ููููุง ุชููููููุง ููู ุงุจูุชูุบูุงุกู ุงููููููู ู ุฅููู ุชูููููููุง ุชูุฃูููู ูููู ููุฅููููููู ู ููุฃูููู ูููู ููู ูุง ุชูุฃูููู ูููู ููุชูุฑูุฌูููู ู ููู ุงูููููู ู ูุง ููุง ููุฑูุฌูููู ููููุงูู ุงูููููู ุนููููู ูุง ุญููููู ูุง โJanganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka musuhmu. Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan pula, sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.โ QS. Al-Nisaโ 104 maknanya jangan jadi pengecut. ููููุง ุชููููููุง ููููุง ุชูุญูุฒููููุง ููุฃูููุชูู ู ุงููุฃูุนููููููู ุฅููู ููููุชูู ู ู ูุคูู ูููููู โJanganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman.โ QS. Ali Imran 139 ููููุตููููููุง ุงููุฅูููุณูุงูู ุจูููุงููุฏููููู ุญูู ูููุชููู ุฃูู ูููู ููููููุง ุนูููู ูููููู ููููุตูุงูููู ููู ุนูุงู ููููู โDan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.โ QS. Luqman 14 Makna Istilahi Makna Wahn dalam hadits di atas dijelaskan langsung oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, yaitu cinta dunia dan takut mati. Wahn dalam hadits di atas berposisi sebagai hukuman ekses/dampak. Bisa juga ia berposisi sebagai hal kondisi kaum muslimin saat itu. Hukuman atas hal itu ada dua macam Pertama, dicabutnya rasa gentar dalam hati musuh. Kedua, ditimpakan wahn dalam diri muslim. Keduanya menyebabkan kondisi kaum muslimin terhina dalam segala sektor. Laksana buih yang tak memiliki nilai di hadapan umat-umat lain. Hakikat Wahn Penyakit ini memiliki dua indikasi. Pertama, cinta dunia. Kedua takut mati. Satu dengan yang lain memiliki pengaruh. Cinta dunia berarti sangat tinggi obsesi terhadapnya, hati bergantung kepadanya, terlalu jauh mengagumi keindahan dan kemewahannya, berjalan di belakangnya, sangat rakus terhadapnya, angan-angan dan cita-cita terpusat kepadanya, puncak harapan ada padanya, merasa kekal di dunia, dan terus menumpuk-numpuk harta kekayaannya. Dampaknya sibuk mengumpulkan harta, menempuh segala cara mendapatkannya yang halal maupun haram, meninggalkan jihad, kikir dan bakhil, rakus dan thamaโ, curang dalam muโamalat, dan sebagainya. Sedangkan takut mati adalah konsekuensi bagi orang yang sangat cinta dunia. Seseorang yang sangat cinta dunia pasti ia takut menghadapi kematian yang akan menghilangkan kenikmatan-kenikmatan yang diimpikannya. Takut mati menjadikan seseorang berusaha mendapatkan kemakmuran hidup dengan segala cara, menghindari ketaatan yang beresiko kematian atau berkurang kekayaan, tidak pernah bersiap-siap untuk hadapi kematian, tidak menyiapkan bekal kebaikan untuk kehidupan sesudah kematian, terlalu larut menikmati dunia, berusaha memuaskan syahwatnya, dan sebagainya. Terapi Menguatkan iman, khususnya kepada Allah dan hari akhir. Memahami hakikat dunia dan fitnah-fitnahnya. Melazimi amal-amal shalih dan amal kebajikan dengan harapan akhirat. Banyak berdoa kepada Allah agar diselamatkan dari fitnah dunia. Wallahu Aโlam. [PurWD/ Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita! +Pasang iklan Gamis Syari Murah Terbaru Original FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai. Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas? Di sini Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan > jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub 0857-1024-0471 Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller NABAWI HERBA Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon 60%. Pembelian bisa campur produk > jenis produk.PENYAKITPENYAKIT UMAT DALAM BERDAKWAH Karena itu amal jama'I sangat diperintahkan oleh Allah SWT, dan perintah beramal dalam Al-Qur'an, selalu mengambil bentuk jamak (plural), artinya tidak bisa melakukan kerja dakwah sendirian, sebagaimana firman Allah SWT : ูููููู ุงุนูู ููููุง ููุณูููุฑูู ุงูููููู ุนูู ูููููู ู ููุฑูุณูููููู KETIKA Umar bin Khattab ra. memberi wasiat kepada pasukan Islam yang akan berjihad, beliau berkata, โJanganlah kalian berbuat maksiat kepada Allah sedang kalian di jalan Allahโ. Pesan ini mengisyaratkan kepada kita bahwa para daโi yang sedang berdakwah bisa jadi berbuat maksiat kepada Allah. Barangkali penyakit inilah yang harus kita waspadai bersama, bermaksiat di jalan dakwah. Dan dalam pergerakan dakwah modern, para pemimpin dakwah juga sering mengingatkan akan bahaya berbagai macam penyimpangan di jalan dakwah. Musthafa Masyhur adalah pemimpin gerakan dakwah yang sering mengingatkan akan berbagai macam penyimpangan di jalan dakwah. Buku beliau yang banyak mengulas tentang masalah ini adalah Prinsip dan Penyimpangan di jalan di Dakwahโ. Fathi Yakan juga meworning para aktifis dakwah dalam bukunya Aids dalam Harakahโ dan Yang Berjatuhan di Jalan Dakwahโ. Namun demikian, para daโi adalah manusia yang tetap memiliki potensi lupa dan salah, sehingga upaya untuk saling mengingatkan harus terus dilakukan. BACA JUGA Begini Tahapan Dakwah Rasulullah di Makkah Di antara berbagai Penyakit di Jalan Dakwah yang harus diwaspadai bersama oleh para daโi adalah 1 Juzโiyah Tidak Syamilah Penyakit Juziโyah atau parsial dalam dakwah bersumber dari pemahaman Islam yang tidak syamil atau integral. Pemahaman seperti inilah yang pada gilirannya mengakibatkan pola hidup sekuler. Islam hanya dilihat dari satu aspek saja. Sampai sekarang masih banyak dari umat Islam yang memandang Islam hanya mengatur urusan privat saja. Sedangkan urusan public diserahkan kepada negara. Sementara negara masih menganut sistem sekuler. Pola hidup sekuler masih mendominasi mayoritas umat Islam. Mereka memandang bahwa Islam di satu sisi sementara negara disisi yang lain. Realitas ini mengakibatkan pola hidup yang sangat kontradiktif. Kita sering menyaksikan sebagian umat Islam yang ditokohkan oleh masyarakat tidak memberikan keteladanan yang baik. Dalam kehidupan ritual kelihatannya menjadi orang yang paling shalih, tetapi dalam kehidupan keluarga, sangat terbuka dan membiarkan istri dan anak-anaknya yang perempuan tidak menutup aurat. Dalam ekonomi masih bergumul dengan riba dan dalam kehidupan politik menjadi orang yang suka korupsi dan money politik. Begitu juga sebagian daโi dan mubaligh masih memahami Islam dengan pemahaman parsial, sehingga apa yang didakwahkannya tidak lebih dari apa yang dipahami bahkan cenderung kurang dan lebih buruk. Sikap juzโiyah dan tidak syamilah akan menyebabkan dakwah Islam terpecah-pecah dan sering terjadi perselisihan diantara berbagai gerakan dakwah. Dalam tataran praktis, gerakan dakwah terkadang juga terjebak pada salah satu fokus dakwah dan agak melalaikan aspek yang lain. Politik misalnya, tentu saja ini bagian dari aspek yang harus dimasuki gerakan dakwah. Pada saat yang sama juga tidak melupakan aspek-aspek lainnya, seperti tarbiyah yang sudah menjadi jatidri gerakan dakwah. Tarbiyah di kampus dan sekolah, tarbiyah di masyarakat, menjadikan masjid sebagai pusat dakwah dan tarbiyah dll. Aspek lain yang harus menjadi perhatian gerakan dakwah adalah perbaikan ekonomi kader. Ketika kita mendapatkan bukti kesenjangan antar kader, mayoritas kader yang masih berada dibawah standar, mereka hidup di rumah-rumah kontrakan yang sempit dan tidak sehat sementara sebagian kecil kader bergelimangan dengan kemewahan, maka ini harus segera diselesaikan, karena pasti ada yang salah. BACA JUGA Jangan Bersedih Jika Dakwahmu Belum Diterimaโฆ 2 Madiyah Tidak Rabbaniyah Dan di antara penyakit di jalan dakwah yang berbahaya sekarang adalah itijjah madiyah orientasi materi. Rasulullah SAW bersabda, โSesungguhnya dunia adalah manis dan hijau dan sesungguhnya Allah akan menitipkan padamu, maka akan melihat apa yang kamu lakukan. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah pertama yang menimpa Bani Israil terjadi pada wanitaโ HR Muslim Kita sedang menghadapi masalah di sini, kita sudah agak menjauhi dari sikap rabbaniyah dan mulai mendekat ke sikap madiyah. Pembicaraan- pembicaraan yang berkembang dikalangan sebagian kader sudah kental dengan nuansa materinya, seperti, kita dapat apa dari dakwah ini? Mobilnya merek apa? Sudah nambah istri belum? HP merek apa? Bisnis apa yang kita garap? Proyek apa yang sedang kita ajukan? dll. Sedangkan pembicaraan yang terkait dengan nilai-nilai rabbaniyah sudah semakin sayup-sayup terdengarnya. Pembicaraan seperti, kamu sudah hapal berapa juz? Anak kita sudah ada yang hafal al-Qurโan belum? Kamu memiliki berapa halaqoh? Bagaimana shalat lima waktu kita? Kapan kita mengadakan dauroh? dll sudah hampir lenyap dalam pembicaraan kader dakwah. Kita sudah mulai akrab dengan hotel, tetapi agak menjauh dengan masjid. Kita sudah hobi berkunjung ke para pejabat, tetapi sudah mulai jarang bermajelis dengan orang-orang shalih dan para ulama. Kita senang dengan qusyur istana dan rumah yang megah dan melupakan kubur. Gaya hidup kita sudah ada yang berubah, ukhuwah kita sudah mulai kering dan bermasalah. Dan ini adalah musibah. โBelumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang Telah turun kepada mereka, dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya Telah diturunkan Al Kitab kepadanya, Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasikโ QS Al-Hadid 16. Sikap rabbaniyah lahir dari proses tarbiyah yang matang terutama tarbiyah ruhiyah. Dari tarbiyah inilah kualitas kader dakwah teruji. Di masa Rasulullah SAW para sahabat yang teguh dalam seluruh dinamika dakwah adalah para sahabat senior yang tertempa oleh tarbiyah Rasulullah SAW dalam waktu cukup lama. Mereka dibina oleh Rasulullah saw di Mekkah selama 13 tahun, dan selanjutnya mereka mengikuti dakwah Rasul saw dengan setia sampai beliau wafat. Mereka disebut Assabiqunal Awwalun Generasi Awwal dari Muahjirin dan Anshar. Sedangkan para sahabat yang masuk Islam setelah Futuh Makkah, mereka inilah yang kemudian melahirkan dinasti Bani Umayah yang membangun politiknya dengan sistem kerajaan dan sarat dengan nilai-nilai madiyah dan menjauh dari nilai-nilai Rabbaniyah. Kemenangan gerakan dakwah ketika tetap konsisten dengan nilai-nilai rabbaniyah. Rasulullah saw. bersabda, โZuhudlah kamu terhadap dunia, niscaya Allah mencintaimu. Dan zuhud kamu terhadap apa yang ada pada manusia, niscaya manusia mencintaimuโ HR Ibnu Majah. Keikhlasan, pengorbanan, militansi dan perjuangan para kader tidak dapat diukur dan dinilai dengan harta. Realitas inilah yang harus menjadi perhatian para qiyadah dakwah, agar mereka juga tetap menjaga nilai-nilai rabbaniyah untuk bersama-sama membangun izzatul Islam wal muslimin yang lebih cerah lagi di masa yang akan datang. Materi itu memang dibutuhkan dalam dakwah, tetapi materi itu bukan segala-galanya. Oleh karenannya materi jangan dijadikan orientasi dalam dakwah. Rasulullah SAW bersabda,โ Demi Allah ! Bukanlah kefakiran yang aku takutkan pada kalian. Tapi aku takut, dibukakannya dunia untuk kalian, sebagaimana telah dibukakan pada umat terdahulu. Maka kalian berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba, dan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan orang sebelum kalianโ Muttafaqun alaihi. BACA JUGA Siapa yang Membantu Dakwah Rasulullah Setelah Khadijah Wafat? Gerakan dakwah dan aktifis dakwah harus tetap berada pada jalur yang benar, yaitu sikap robbaniyah. 3 Wijahiyah Tidak Manhajiyah Dulu kita sering mendapatkan taujih tentang keharusan untuk tidak bersikap wijahiyah figuritas dalam dakwah dan tetap komitmen pada manhaj dakwah. Dan ini adalah taujih yang benar. Tetapi sekarang kita melihat fenomena figuritas dalam dakwah, dan ini adalah bagian dari penyakit di jalan dakwah. Kita mencintai para qiyadah dakwah dan kita akan tetap taat pada qiyadah dakwah. Pada saat yang sama qiyadah dakwah kita adalah qiyadah jamaโiyah. Figuritas sering muncul di masyarakat tradisional yang kurang pemahamannya dalam Islam. Tetapi jika figuritas muncul juga dalam masyarakat modern dan gerakan dakwah modern, berarti ada yang salah. Figuritas juga sering muncul karena lemahnya keikhlasan dan ada motivasi di balik sikap figuritas tersebut. Biasanya motivasi kepentingan sesaat yang bersifat materi atau kekuasaan. Figuritas adalah penyakit di jalan dakwah yang berbahaya. Dakwah tidak boleh bertumpu pada figur-figur tertentu, tetapi harus membangung sistem atau manhaj yang kuat. Ketika benih-benih figuritas muncul dalam gerakan dakwah, maka terapinya harus kembali pada manhaj dakwah yang benar. Kita harus sering mengkaji Al-Qurโan dan sunnah. Kita juga harus sering membaca kitab-kitab salafu shalih. Kita juga harus kembali membuka buku-buku manhaj standar, seperti Majmuโah Rasail karya imam Hasan Al-Banna dan kitab Fiqhud Daโwah karya Musthafa Masyhur. Dan memang, kita harus kembali pada manhaj dakwah yang benar. 4 Afawiyah Tidak Takhtitiyah Afawiyah artinya asal-asalan sedangkan takhtithiyah artinya dengan perencanaan. Dakwah yang benar harus selalu menggunakan perencanaan. Gerakan dakwah sudah besar dan berskala nasional. Segala keputusan akan berdampak nasional. Ketika keputusan tanpa melalui perencanaan yang matang dan kajian yang teliti, maka akan berdampak buruk bagi dakwah, qiyadah dakwah dan kadernya. Perencanaan dan kajian ilmiyah sudah menjadi keniscayaan agar melahirkan sistem yang kuat dan keputusan yang akurat. BACA JUGA Perjalanan Mengantar Sang Mujahid Dakwah Ketika sebuah kebijakan strategis diputuskan hanya dalam satu pertemuan yang memakan waktu beberapa jam saja dan sebelumnya tidak dilengkapi kajian ilmiyah, perencanaan yang matang, maka keputusannyapun tidak matang. Kondisi seperti ini akan membahayakan perjalanan gerakan dakwah. Lebih berbahaya lagi jika keputusan tersebut terkait dengan nama-nama orang yang akan dipromosikan untuk suatu amanah, baik dari internal maupun eksternal. Gerakan dakwah harus sudah memiliki semacam Sistem Manajemen Gerakan Dakwah. Sistem ini dilaksanakan dan mengikat bagi seluruh kader dakwah, lebih-lebih qiyadah dakwah. Sehingga segala sesuatunya berjalan sesuai dengan sistem bukan subyektif sesuai keinginan orang-perorangan. 5 Istibdadiyah Tidak Syuriyah Istibdadiyah adalah sistem dan sikap yang cenderung bersifat otoriter sedangkan syuriyah adalah sistem dan sikap yang senantiasa menghidupkan nilai-nilai syura. Orang-orang yang berkuasa memang memiliki karakteristik otoriter, apalagi kekuasaan itu dikendalikannya sudah terlalu lama. Satu-satunya syarat agar para pemimpin tidak bersifat otoriter yaitu pola hidup rabbaniyah. Artinya dia selalu cenderung kepada Allah, senantiasa beribadah kepada Allah dan memiliki keimanan yang kuat pada Allah dan hari akhir. Para Khulafaur Rasyidin adalah contoh pemimpin yang memiliki sikap rabbaniyah. Oleh karena itu walaupun mereka memimpin sampai akhir hayatnya tetapi mereka tetap istiqomah dalam Islam terutama dalam sikap zuhud terhadap dunia. Sementara para pemimpin dari Bani Ummayah kecuali Umar bin Abdul Aziz, karena menjauh dari sikap rabbaniyah sehingga mereka merubah sistem pemerintahannya menjadi kerajaan yang cenderung otoriter dan mencintai dunia. Para pemimpin yang memiliki sikap rabbaniyah inilah yang senantiasa menghidupakan syura dan tidak otoriter. Rasulullah SAW memberikan keteladanan dalam masalah syura ini. Beliau adalah orang yang paling banyak mengajak musyawarah dengan para sahabatnya untuk hal-hal yang tidak ada nash-nya. BACA JUGA Nabi Harun AS, Saudara Setia dalam Dakwah Hal ini dilakukan oleh Rasulullah saw. untuk menegakkan sistem Islam, khusunya dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Al-Qurโan telah memberikan arahan yang sangat baik tentang pentingnya syura, adab syura dan komitmen dengan hasil-hasil syura. โMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maโafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nyaโ QS Ali Imraan 159. Dakwah akan tetap berjalan dengan kita atau tanpa kita. Dan penyakit dakwah itu mungkin akan terus menimpa sebagian kader-kader dakwah sesuai dengan sunatullah-Nya, yang akan tetap dijaga oleh Allah adalah manhaj. Oleh karena itu marilah kita tetap istiqomah dengan manhaj Islam dan jalan dakwah yang penuh berkah ini. Wallahu alam. [] SUMBER MAJASLAH SAKSI/JAKARTA Demiterwujudnya kebangkitan umat kita harus bekerja keras memancangkan pilar-pilar penyangganya, ia adalah: Al-Yaqdhatur Ruhiyah (kesadaran/kebangkitan ruhiyah) Inti kekuatan umat ada pada kekuatan ruhani, bukan pada kekuatan materi. Di sepanjang sejarahnya, dapat kita ketahui bahwa kekuatan ruhani itulah yang menjadi andalan. Sebenarnya dakwah Islam tidak pernah berhenti, namun barangkali ia tidak efektif dalam melakukan perubahan. Bahkan kadang yang terjadi justru hasilnya malah kontraproduktif dengan dakwah itu sendiri. Mengapa bisa terjadi? Muasal masalah tersebut sesungguhnya bersumber pada sikap individu pelaku dakwah. Penyakit ini lantas menjadi sebuah sikap. Sikap dan pendirian ini kemudian mempengaruhi maknawiyah [mental] dan aktifitasnya. Lemahnya maโnawiyah dalam dakwah. Efek mental akibat sikap infirodi [individu] dalam dakwah dapat dilihat dari gejala-gejala berikut Emosional dalam menghadapi keadaan hingga berlaku serampangan Figuritas bahkan kultus hingga menimbulkan diktatorisme dalam dakwah Superioritas [merasa paling hebat] yang menyebabkan egoisme Meremehkan orang lain hingga ia menyempal dan memecah-belah umat Lemahnya aktivitas dalam dakwah akibat sifap infirodi dalam dakwah dapat dilihat dari gejala-gejala berikut Improvisasi yang asal-asalan. Dakwah yang dilakukan secara spontanitas demikian tidak dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Parsial [sebagian-sebagian] dalam melakukan perbaikan sehingga yang terjadi justru kontradiksi dan pertentangan. Tradisional dan konserfatif hingga meninbulkan kedangkalan argumen dan wawasan Perbaikan yang dilakukan bersifat tambal sulam. Hal ini disebabkan berbagai keterbatasan yang ada pada individu. Betapapun hebatnya, sebagai manusia maka seorang dai tidak luput dari kekurangan. Baik aspek kemampuan maupun usia. Dakwah tambal sulam yang demikian tidak akan membuahkan hasil. Energinya habis percuma karena belum selesai perbaikan pasa suatu sisi, kekurangan terjadi di tempat lain. Belum selesai perbaikan pada bagian kedua, bagian pertama yang kemarin sudah mulai usang. Terapi penyakit umat. Penyakit dakwah yang sangat berbahaya ini hanya dapat disembuhkan dengan amal jamaโi. Namun banyak orang tidak siap untuk melakukan amal jamaโi selama penyakit individualistis yang menjangkiti dirinya belum terobati. Pengobatan terhadap penyakit jiwa ini dapat dilakukan dengan Penyadaran bahwa sikapnya itu berbahaya bagi diri dan dakwah. Ia tidak dapat memberikan kontribusi maksimal Meluruskan orientasi dakwahnya untuk Islam, bukan untuk kepentingan individu, keluarga maupun golongan Tawadlu [rendah hati]. Hanya Allah saja yang pantas menyandang sifat takabur karena Allah Mahahebat. Objektifitas dalam menilai diri, orang lain, maupun realitas umat. Kesadaran akan pentingnya manhaj dalam dakwah. Kesadaran untuk melakukan dakwah secara integral dan menyeluruh Modernisasi metodologi dakwah dan tidak konservatif, hingga umat tercerahkan. Perubahan secara total, hingga umat tersadarkan fikiran, semangat dan aktivitasnya. Dakwah yang merupakan proyek besar dan berat ini tidak mungkin dilakukan secara individual. Sebab tiap-tiap diri pasti tidak bebas dari kekurangan. Namun, betapapun kecil dan terbatasnya individu, dakwah akan menjadi besar dan kuat dalam amal jamaโi. Navigasi tulisan Buku Panduan Menuju Muslim Kaaffah Natijahpenyakit wahan ini sememangnya menggerunkan kerana dunia menyaksikan kelahiran umat baru berwatak kebinatangan yang begitu rakus pada dunia dan takut pada risiko. Bagi yang rakus berpolitik misalnya, watak binatang politik sering kali menjelmakan manusia yang hilang kewarasan dan pertimbangan akal budi insani hingga tergamak